MENGUAK RAHASIA SAHUR: Keberkahan Tersembunyi di Sepertiga Malam

Oleh: Munawir Kamaluddin

48
Dengarkan Versi Suara

 

Di saat malam merangkak menuju fajar, ketika langit masih berselimut kelam dan bumi bernafas dalam keheningan, ada sebuah panggilan yang lembut, tetapi penuh makna. Ia bukan suara lonceng atau gemuruh perintah yang menggelegar, melainkan bisikan kasih dari Rabb semesta alam yang mengundang hamba-hamba-Nya untuk bangun dan meraih keberkahan.

*Inilah sahur*, sebutir mutiara dalam perjalanan panjang ibadah puasa, sebuah sunnah yang penuh cahaya, sekecil butiran embun yang menyegarkan, tetapi sebesar samudera dalam makna dan hikmahnya.

Pernahkah kita merenung, mengapa Islam menempatkan sahur dalam kemuliaan yang begitu tinggi? Mengapa Rasulullah SAW. sang pembimbing kehidupan, tidak pernah melewatkannya, meski hanya seteguk air? .

Adakah yang lebih indah dari kesadaran bahwa di balik sekeping kebiasaan ini, tersembunyi jutaan hikmah yang menggugah jiwa?

Sahur bukan sekadar mengisi perut untuk menyiapkan tenaga menghadapi siang. Ia adalah jamuan rahmat, saat di mana malaikat berdoa, keberkahan ditaburkan, dan pintu-pintu langit terbuka bagi mereka yang terjaga dalam ketaatan.

Sahur adalah waktu yang sakral, di mana orang-orang beriman bangkit dari lelapnya dunia, bukan untuk memenuhi ambisi duniawi, tetapi untuk menyambut kasih Tuhan yang mengalir di sepertiga malam terakhir.

Betapa agungnya ajaran Islam yang tidak sekadar menuntut pengorbanan, tetapi juga memberikan kemudahan dan kelembutan! Puasa, yang sekilas tampak sebagai ujian lapar dan dahaga, justru dimulai dengan makan sahur, sebuah pengingat bahwa Islam bukan agama yang membebani, melainkan yang selalu menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kemanusiaan, antara ibadah dan kesehatan, antara langit dan bumi.

Namun, sahur lebih dari sekadar santapan jasmani. Ia adalah sebuah perjalanan menuju cahaya, saat tubuh bersiap untuk berpuasa, tetapi jiwa bersiap untuk berserah.

Di dalamnya ada pelajaran kesabaran, ada latihan disiplin, ada kesempatan untuk merenungi nikmat yang sering kita abaikan. Saat itu, kita menyadari bahwa makanan yang kita nikmati sebelum fajar bukan sekadar rezeki, melainkan tali kasih Allah yang menguatkan langkah kita menuju-Nya.

Maka, adakah yang lebih membahagiakan selain menjadi bagian dari mereka yang sahurnya diridhai, doanya didengar, dan puasanya diberkahi? Adakah yang lebih merugi selain mereka yang melewatkan kesempatan ini, yang tertidur dalam lelap dunia sementara keberkahan sahur berlalu begitu saja?

Wahai jiwa-jiwa yang rindu akan cahaya…Bangkitlah sebelum fajar, rasakan betapa sahur bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi mengisi hati dengan syukur, mengisi kehidupan dengan keberkahan, dan mengisi hari dengan kekuatan yang berasal dari cinta Allah.

Biarlah sahur menjadi saksi bahwa kita tidak hanya menjalani puasa dengan tubuh yang lapar, tetapi dengan hati yang penuh keyakinan, dengan jiwa yang bersinar oleh ilmu dan kesadaran.

Karena sahur bukan sekadar makan, tetapi sebuah keindahan yang hanya dapat dirasakan oleh mereka yang memahami maknanya.

*Menguak Rahasia Sahur: Cahaya di Ujung Malam, Bekal di Ujung Perjalanan*

Sahur bukan sekadar ritual yang menandai awalnya puasa, tetapi sebuah perjalanan spiritual menuju kesadaran yang lebih tinggi.

Ia adalah sebuah gerbang menuju pemurnian niat, tempat di mana manusia tidak hanya mempersiapkan tubuhnya, tetapi juga jiwanya, untuk memasuki hari-hari penuh ibadah dan penghambaan.

Betapa sering kita memandang makan sahur sebagai rutinitas yang sederhana, hanya sebatas menyiapkan tenaga untuk bertahan di siang hari?.

Padahal, di balik setiap suapan, di balik setiap tegukan air yang membasahi kerongkongan yang masih berat untuk terjaga, terdapat doa-doa yang dikabulkan, keberkahan yang diturunkan, serta malaikat yang bersaksi atas hamba-hamba yang taat. Rasulullah SAW. bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keberkahan seperti apakah yang tersembunyi dalam waktu sahur? Bukankah keberkahan bukan hanya berarti bertambahnya kekuatan jasmani, tetapi juga bertambahnya ketenangan, kedamaian, dan pertolongan Allah dalam menjalani ibadah puasa?

Sahur menjadi titik temu antara dua bentuk ketaatan terbesar, yakni qiyamullail (shalat malam) yang menghidupkan hati dengan zikir, dan puasa yang membersihkan jiwa dengan kesabaran.

Saat itu, pintu-pintu langit masih terbuka, doa-doa masih bergema, dan rahmat-Nya masih melimpah ruah bagi mereka yang memanfaatkannya. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW. menegaskan:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur.” (HR. Ahmad)

Bayangkan, Sebuah amalan sederhana yang tidak memerlukan tenaga besar, tetapi mengantarkan kita kepada keberkahan ilahi yang bahkan malaikat pun turut mendoakan. Adakah karunia yang lebih besar dari ini?

*Sahur sebagai Latihan Kedisiplinan dan Kesadaran*

Sahur mengajarkan kita tentang disiplin waktu, bangun sebelum fajar, meninggalkan kenyamanan tidur demi menjalani perintah-Nya. Ini bukan sekadar kebiasaan, tetapi latihan jiwa untuk menjadi pribadi yang lebih sadar akan waktu, lebih menghargai ritme kehidupan yang telah Allah tetapkan.

Disiplin ini juga mengajarkan kita tentang persiapan dan strategi. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi sebuah pertempuran melawan hawa nafsu, yang membutuhkan persiapan mental, fisik, dan spiritual.

Bagaimana mungkin seseorang berperang tanpa senjata? Bagaimana mungkin seseorang menghadapi tantangan tanpa bekal?

Rasulullah SAW. tidak hanya menganjurkan sahur, tetapi juga mengajarkan bahwa ia adalah pembeda antara puasa umat Islam dan puasa ahlul kitab. Dalam hadis disebutkan:
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Pembeda antara puasa kami dengan puasanya ahlul kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim)

Lihatlah betapa Islam adalah agama yang penuh kasih dan kelembutan. Ia tidak hanya memerintahkan ibadah, tetapi juga memberikan kemudahan.

Bahkan, dalam hadis lain disebutkan bahwa sekadar meneguk air sudah cukup untuk mendapatkan keberkahan sahur:
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ
“Sahur itu penuh berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, meskipun hanya dengan meminum seteguk air.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

*Sahur sebagai Bentuk Syukur dan Kesadaran akan Nikmat*

Pernahkah kita merenung bahwa sahur adalah waktu terbaik untuk menyadari nikmat yang sering kita abaikan?

Saat kita menyantap makanan di waktu sahur, mungkin kita tidak merasakan betapa berharganya setiap suap yang masuk ke perut kita. Namun, beberapa jam setelahnya, ketika siang mulai terik dan tenggorokan mulai kering, barulah kita menyadari betapa mahalnya seteguk air, betapa nikmatnya sesuap nasi, betapa berharganya kesehatan yang sering kita sepelekan.

Sahur adalah latihan kesadaran, bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang nikmat Allah yang melimpah di sekitar kita. Ia mengajarkan kita untuk menghargai makanan dengan lebih dalam, mengajarkan kita bahwa apa yang kita anggap kecil bisa menjadi sesuatu yang sangat besar dalam kondisi tertentu.

*Sahur sebagai Tanda Kecintaan kepada Sunnah Rasulullah SAW.**

Di atas segalanya, sahur adalah bukti kecintaan kita kepada Rasulullah SAAW. Beliau tidak pernah meninggalkannya, bahkan dalam keadaan sulit, dan menasihati kita untuk tidak meremehkannya.

Maka, makan sahur bukan hanya sekadar meniru beliau dalam bentuk fisik, tetapi juga meneladani semangat dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Seberapa besar kecintaan kita kepada Nabi SAW. akan terlihat dari sejauh mana kita mengikuti sunnahnya.

Sahur adalah salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita menghormati ajaran beliau, mencintai beliau, dan ingin mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

*Meraih Cahaya Sahur dalam Hidup Kita*

Sahur bukan hanya tentang makanan, bukan hanya tentang persiapan fisik. Ia adalah sebuah perjalanan menuju kesadaran yang lebih tinggi, menuju keberkahan yang melimpah, menuju kasih sayang Allah yang tak terhingga.

Maka, masihkah kita memandangnya sebagai sesuatu yang remeh? Masihkah kita memilih tidur dan melewatkan kesempatan emas ini?

Wahai jiwa-jiwa yang rindu keberkahan, bangkitlah sebelum fajar, resapilah hikmah sahur, dan biarkan ia menjadi cahaya yang membimbing langkah kita dalam ibadah puasa dan kehidupan kita secara keseluruhan.

Karena dalam seteguk air sahur, dalam sesuap makanan yang kita nikmati di ujung malam, tersimpan cahaya rahmat yang hanya dapat dilihat oleh mereka yang benar-benar membuka hati dan jiwanya.

*Cahaya Sahur, Jejak Rahmat di Ujung Malam*

Ketika malam melipat gelapnya, ketika bintang-bintang berangsur menghilang di balik cahaya fajar, ada jiwa-jiwa yang terjaga dalam keberkahan, menyiapkan dirinya bukan sekadar untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi untuk meniti jalan penghambaan.

Sahur bukan hanya sekadar mengisi perut, bukan sekadar persiapan jasmani, tetapi sebuah janji spiritual bahwa kita siap mengarungi hari dengan penuh keikhlasan dan kesadaran akan kebersamaan dengan Allah.

Sahur adalah tanda kecerdasan seorang hamba, bahwa ia memahami betapa besar kasih sayang Allah dalam setiap sunnah yang ditinggalkan Rasulullah SAW.

Ia adalah sinyal kepekaan jiwa, bahwa seorang mukmin yang terjaga di penghujung malam, yang rela meninggalkan mimpi-mimpinya demi menyantap sepotong makanan dalam ketaatan, adalah hamba yang memahami hakikat perjalanan hidup ini—sebuah perjalanan menuju ridha Ilahi.

Bukankah hidup ini sendiri adalah sebuah sahur panjang, sebelum kita memasuki fajar keabadian? Bukankah keberkahan hidup di dunia ini hanya akan dirasakan oleh mereka yang mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum datangnya akhirat?.

Maka, sahur mengajarkan kita untuk tidak pernah lalai dalam menyiapkan diri, tidak pernah menyepelekan bekal, tidak pernah menganggap ringan hal-hal yang tampaknya kecil, tetapi sejatinya bernilai besar di sisi Allah.

*Keutamaan Sahur: Cahaya dalam Kesabaran, Kekuatan dalam Kelemahan*

Betapa sering manusia terjebak dalam anggapan bahwa keberkahan hanya terletak pada hal-hal besar, pada peristiwa yang mencolok, pada perbuatan yang terlihat megah?.

Padahal, dalam secuil roti yang dikunyah sebelum fajar, dalam seteguk air yang diteguk dengan niat menghidupkan sunnah, tersimpan lautan rahmat yang tak terhingga.

Sahur adalah penopang kesabaran, bukan hanya kesabaran fisik dalam berpuasa, tetapi juga kesabaran jiwa dalam menghadapi cobaan hidup.

Ia adalah perisai kelemahan, karena dalam seteguk air sahur, seorang mukmin menyadari bahwa kelemahan sejati bukanlah rasa lapar, melainkan hati yang lalai dari mengingat Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah kurma.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban)

Lihatlah betapa Islam mengajarkan bahwa bahkan sesuatu yang kecil, yang tampak sepele, dapat menjadi jalan menuju keberkahan yang besar. Kurma yang sederhana, air yang bening, niat yang tulus, semua itu adalah bekal yang cukup untuk meraih cinta Allah.

*Manfaat Sahur: Membangun Kesadaran akan Nikmat dan Waktu*

Sahur adalah pelajaran tentang menghargai nikmat. Manusia sering kali tidak menyadari betapa berharganya sesuatu, sampai ia merasakannya hilang.

Seteguk air yang diminum sebelum fajar menjadi pengingat betapa besar nikmat air saat siang mulai terik. Suapan nasi yang ringan menjadi peringatan betapa berharganya setiap rezeki yang Allah berikan.

Sahur juga adalah latihan untuk memahami nilai waktu. Dalam detik-detik menjelang subuh, seorang mukmin belajar bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak dapat diulang, bahwa setiap detik adalah kesempatan, dan bahwa setiap kesempatan yang dilewatkan bisa menjadi penyesalan di kemudian hari.

Bukankah hidup ini seperti detik-detik sahur? Sebuah fase persiapan sebelum kita memasuki waktu yang lebih panjang, sebelum kita menghadapi hari-hari di mana amalan-amalan kita akan diuji? Jika sahur adalah bekal untuk menahan lapar di siang hari, maka hidup di dunia ini adalah bekal untuk menghadapi kehidupan akhirat yang kekal.

*Hikmah Sahur: Ketenangan yang Dihadiahkan Allah*

Ada ketenangan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang menikmati sahur. Ketika dunia masih lelap, ketika kebanyakan manusia tenggelam dalam mimpi-mimpinya, di saat itulah jiwa yang terjaga merasakan kehangatan kasih sayang Allah.

Bukankah di waktu sahur itu Allah membuka pintu ampunan-Nya seluas-luasnya? Bukankah saat itu adalah waktu terbaik untuk berdoa, waktu yang paling mustajab untuk meminta? Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ نَزَلَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟
“Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, lalu berfirman: ‘Adakah yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya? Adakah yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa ruginya mereka yang membiarkan waktu ini berlalu tanpa sahur, tanpa doa, tanpa merasakan kehadiran Allah dalam kesunyian malam.

*Meraih Keberkahan Sahur dalam Setiap Aspek Kehidupan*

Sahur bukan hanya tentang makan sebelum puasa. Ia adalah refleksi dari perjalanan hidup manusia, dari persiapan sebelum menghadapi tantangan, dari kesadaran bahwa keberkahan tersembunyi dalam hal-hal yang sering diremehkan.

Sahur mengajarkan kita disiplin, kesabaran, rasa syukur, dan kecintaan kepada sunnah Nabi. Ia adalah pengingat bahwa dalam kesederhanaan ada keberkahan, bahwa dalam persiapan ada kemenangan, dan bahwa dalam ketaatan ada ketenangan yang tak tergantikan.

Maka, sahur bukan hanya kebiasaan saat Ramadan, tetapi sebuah simbol dari kehidupan yang penuh kesadaran. Seorang mukmin yang memahami makna sahur akan memahami bahwa hidup ini sendiri adalah sebuah sahur panjang, sebuah persiapan sebelum kita memasuki fajar akhirat, sebelum kita menghadap Allah dengan bekal amal yang telah kita kumpulkan.

Dan kini, pertanyaannya adalah: sudahkah kita menjadikan sahur sebagai cahaya dalam hidup kita? Sudahkah kita meresapi setiap keberkahan yang tersembunyi di dalamnya? Ataukah kita masih membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja, tanpa pernah benar-benar memahami betapa berharganya setiap detiknya?

Wahai jiwa-jiwa yang rindu akan rahmat-Nya, jangan biarkan fajar menyingsing sebelum engkau meraih berkahnya. Jangan biarkan malam berlalu tanpa engkau mempersiapkan dirimu untuk hari yang lebih besar. Karena dalam seteguk air sahur, dalam suapan yang kita nikmati dengan niat, tersimpan rahmat yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang hatinya terbuka untuk memahami hikmah-Nya. # Wallahu A’lam Bishawab 🙏*MK*

*SEMOGA BERMANFAAT*
*Al-Fakir. Munawir Kamaluddin*