PRIORITASKAN JALAN KEDALAM SEBELUM JALAN KELUAR : Menyelesaikan Masalah Tanp
Oleh: Munawir Kamaluddin
PRIORITASKAN JALAN KEDALAM SEBELUM JALAN K
Ada kalanya kehidupan mengajarkan kita untuk tidak selalu berlari ke luar ketika badai datang menerpa.
Seperti seorang pelaut yang bijak, ia memilih berlindung di dalam bahtera, memperbaiki layar yang koyak, dan memastikan kompas tetap setia menunjuk arah. Jalan keluar mungkin tampak mudah, tapi jalan ke dalam adalah pelajaran yang menguji kedewasaan jiwa dan kekuatan hati.
Dalam perjalanan hidup ini, tak jarang kita diperhadapkan pada permasalahan yang mengguncang fondasi kebersamaan. Saat retak itu muncul, hati kecil kita memohon satu hal: “Janganlah membawa cerita ini keluar, jangan biarkan dunia tahu betapa rapuhnya kita.” Sebab, membuka luka di hadapan mereka yang tak memahami, hanya akan mengundang badai baru.
Di luar sana, tidak semua mata melihat dengan belas kasih, dan tidak semua telinga mendengar dengan tulus.
Penyelesaian internal adalah pilihan yang menuntut kebesaran hati. Ia memanggil kita untuk duduk bersama, berbicara dari hati ke hati, menyeka air mata, dan menggenggam tangan yang sempat terlepas.
Di sinilah cinta diuji, di mana rasa persahabatan dan kekeluargaan menjadi tonggak kokoh yang menguatkan sebuah hubungan.
Islam, sebagai pedoman hidup yang sempurna, mengajarkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga. Tidak ada kebaikan dalam membuka aib kepada orang yang tak berkepentingan. Seperti malam yang gelap, setiap masalah punya waktu untuk diterangi, namun cahayanya harus dimulai dari lilin kecil di dalam rumah.
Mengedepankan dialog, musyawarah, kesabaran dan lapang dada adalah jalan damai yang Allah ridhai. Insya Allah.
Pendekatan ini bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membuktikan bahwa hati kita lebih besar daripada egonya. Sebuah upaya menjaga keharmonisan yang mungkin telah lama kita bangun dengan cucuran keringat dan air mata.
Jangan biarkan bara kecil membakar jembatan yang menyatukan kita. Sebaliknya, biarkan kasih sayang menjadi air yang memadamkan api, hingga yang tersisa hanyalah hangatnya pelukan dan indahnya kebersamaan.
Inilah pilihan yang harus kita utamakan: menyelesaikan masalah dari dalam, dengan hati yang lapang, jiwa yang ikhlas, dan cinta yang tulus.
Sebab, sejatinya perdamaian tidak datang dari luar; ia lahir dari kedalaman hati yang memaafkan dan saling memahami.
*Prioritaskan Jalan Kedalam Sebelum Jalan Keluar: Pendekatan Internal yang Islami Penuh Hikmah*
Menyelesaikan masalah secara internal sebelum melibatkan pihak luar merupakan langkah yang mencerminkan kehati-hatian, kearifan, dan menjaga kehormatan diri maupun komunitas.
Pendekatan ini sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mengutamakan persaudaraan, menjaga rahasia, dan menghindari fitnah. Berikut uraian mendalam, sistematis, dan filosofis serta solutif dalam menyelesaikan persoalan dan problematika yang sedang dihadapi sebagai sebuah ujian dari Allah SWT. Yang Maha Kuasa.
1. *Pentingnya Menyelesaikan Masalah Secara Internal*
Penyelesaian masalah secara internal adalah upaya yang menunjukkan tanggung jawab dan rasa kasih sayang terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung. Islam mengajarkan untuk menghindari mencemarkan kehormatan orang lain, terlebih dengan melibatkan pihak luar yang tidak berkepentingan. Allah SWT. telah membimbing kita salam firman-Nya:
وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah keimanan. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga kehormatan diri dan orang lain. Penyelesaian internal mencegah aib tersebar ke pihak luar yang dapat memperburuk situasi. Jika permasalahan diselesaikan dalam lingkup keluarga atau komunitas, harmoni dapat terjaga.
2. *Menutup Aib dan Menjaga Rahasia*
Menutup aib dan menjaga rahasia adalah salah satu etika utama dalam Islam. Membuka masalah kepada orang luar tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga berpotensi menciptakan eksploitasi atau fitnah.
Sabda Baginda Rasulullah dalam Haditsnya:
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَالَ:
“مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.”
“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim, no. 2699)
Hadits ini menunjukkan keutamaan menjaga rahasia dan tidak membuka aib, baik dalam hubungan keluarga, persahabatan, maupun komunitas. Menjaga rahasia mencerminkan keinginan untuk melindungi kehormatan dan keutuhan hubungan.
3. *Bahaya Melibatkan Pihak Luar*
Membuka masalah kepada pihak luar yang tidak berkepentingan dapat menciptakan efek bola liar, seperti fitnah atau eksploitasi. Islam menganjurkan umatnya untuk berhati-hati dalam melibatkan orang lain dalam masalah internal. Tuntunan Khaliq Rabbul Jalil didalam Al-Qur’an:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah: 2)
Ayat ini mengajarkan untuk bekerja sama dalam kebaikan dan mencegah tindakan yang membawa kerusakan, seperti membiarkan masalah internal menjadi konsumsi pihak luar yang tidak berkepentingan.
Dengan menyelesaikan secara internal, kita dapat menjaga hubungan baik dan menghindari perpecahan.
4. *Mencari Jalan Damai dan Titik Temu*
Pendekatan internal sering kali melibatkan dialog yang damai dan penuh kasih sayang. Islam mengajarkan untuk mencari titik temu melalui musyawarah yang adil. Tuntunan Ilahiyah melalui Al-Qur’an telah mengajarkan:
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ…
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)
Ayat ini mendorong umat Islam untuk menggunakan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat langsung, solusi yang adil dan penuh hikmah dapat ditemukan.
Baginda tercinta pengayom ummat telah menuntun kita dalam sabda Haditsnya :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
“خَيْرُكُمْ مَنْ كَانَ أَحْسَنَكُمْ تَصَالُحًا بَيْنَ إِخْوَتِهِ.”
“Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik dalam menyelesaikan permasalahan di antara saudaranya.” (HR. Ahmad, no. 9606)
Rasulullah SAW. menjelaskan keutamaan orang yang dapat menyelesaikan masalah secara damai, khususnya di antara saudara atau komunitas. Penyelesaian dengan jalan damai mencerminkan akhlak mulia dan komitmen menjaga persatuan.
5. *Menjaga Persatuan dan Kebersamaan*
Membuka masalah kepada pihak luar sering kali menimbulkan perpecahan. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kebersamaan. Pesan mulia nan suci didalam firman Allah SWT:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Ayat ini mengajarkan untuk selalu menjaga persatuan dan tidak membiarkan hal-hal kecil memecah belah hubungan. Penyelesaian internal membantu menjaga harmoni dalam hubungan, baik keluarga maupun komunitas.
Sehingga dengan demikian maka penyelesaian masalah secara internal adalah langkah yang mencerminkan kebijaksanaan, kedewasaan, dan kepatuhan terhadap ajaran Islam. Pendekatan ini menjaga kehormatan, memperkuat hubungan, dan mencegah fitnah yang dapat merusak persatuan.
*Solusi Islami yang dapat diterapkan:*
1. Musyawarah dalam lingkup terbatas.
2. Menghindari menyalahkan satu pihak dan fokus pada solusi.
3. Melibatkan pihak yang benar-benar terpercaya jika diperlukan.
4. Menutup aib dan menjaga rahasia untuk mencegah fitnah.
5. Menguatkan hubungan dengan doa dan memohon petunjuk Allah.
Pendekatan ini tidak hanya menjaga hubungan internal, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam membangun masyarakat yang harmonis sesuai dengan ajaran Islam.
*PENUTUP*
Dalam perjalanan hidup yang penuh gelombang ini, tidak semua luka harus dibiarkan menjadi tontonan.
Tidak setiap air mata layak diketahui dunia. Ada ruang-ruang sakral di dalam hati yang hanya layak dibuka di hadapan Allah dan mereka yang mengerti cinta.
Ketika badai datang, ingatlah bahwa ketenangan sejati sering kali ditemukan bukan dengan melangkah keluar, tetapi dengan duduk dalam sunyi, saling memeluk kesalahan, dan merajut kembali kebersamaan yang hampir tercerai.
Menyelesaikan masalah dari dalam adalah sebuah seni yang membutuhkan kesabaran dan kebesaran jiwa.
Ia bukanlah langkah mundur, melainkan bukti bahwa kita memilih untuk menjaga keutuhan daripada merayakan ego. Bukankah Allah mencintai mereka yang menjaga kehormatan diri dan saudaranya? Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)
Sebagai insan yang lemah, kita tak luput dari khilaf. Namun, adakah kehormatan yang lebih indah selain saling menutup luka dan memelihara rahasia? Sebab, membuka aib hanya akan mengundang luka baru yang lebih dalam, meretakkan fondasi yang telah lama dibangun dengan kepercayaan.
Di luar sana, tak semua mata memandang dengan kasih, dan tak semua tangan menjulurkan bantuan tanpa pamrih.
Maka, kembalilah ke rumah hati. Duduklah bersama mereka yang mencintaimu tanpa syarat. Carilah solusi yang menguatkan, bukan yang memisahkan. Ingatlah firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Mari jadikan musyawarah, kasih sayang, dan saling pengertian sebagai jalan mendamaikan setiap perbedaan. Jangan biarkan api kecil membakar seluruh ladang cinta yang telah kita tanam. Ingatlah, tidak ada kehormatan dalam memenangkan argumen, tetapi ada kemuliaan dalam menjaga keutuhan hati dan hubungan.
Akhirnya, mari kita jadikan kehidupan ini sebagai perjalanan cinta yang saling menguatkan. Biarkan setiap badai menjadi pelajaran untuk saling mendekat, bukan menjauh.
Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam hati yang damai, persahabatan yang tulus, dan keluarga yang saling memelihara.
Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk berjalan di jalan damai, memelihara keharmonisan, dan menjaga cinta yang Allah titipkan. Sebab, bukankah tujuan hidup ini adalah meniti jalan menuju-Nya, dengan hati yang penuh kasih dan jiwa yang lapang?
Mari berpikir dan bertindak penuh kearifan dalam menyelesaikan setiap masalah dengan hati yang tulus dan bening agar jalan kedalam menjadi prooritas sebelum mencari solusi dari arah jalan keluar# Wallahu A’lam Bishawab
*SEMOGA BERMANFAAT*
*Munawir Kamaluddin*