Tulisan ini sengaja dibuat untuk mengenang al-Marhum. Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum sebagai sosok pemimpin visioner, Solutif, dan Pemersatu yang merupakan buah dari tempaan sejak menjadi santri hingga menjadi Guru Besar yang menakodai FKUB ( Forum Kerukunan Umat Beragama) Sul-Sel.
Kepergian Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., pada usia yang relatif muda di RS. Grestelina tepatnya Selasa 26 November 2024 pukul 02 WITA dini hari, telah meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan sejawat, mahasiswa, dan masyarakat luas. Sosok beliau yang lahir pada 31 Desember 1967 dikenal sebagai pribadi yang visioner, bijaksana, dan memiliki empati tinggi.
Peran beliau dalam berbagai lini kehidupan, baik sebagai akademisi, administrator, maupun aktivis sosial, menjadikan nama beliau abadi dalam hati banyak orang. Prof. Wahyuddin tidak hanya menjadi pemimpin yang membawa perubahan, tetapi juga pemersatu yang selalu menjunjung tinggi musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
*Pemimpin yang Solutif dan Menjunjung Musyawarah*
Sebagai Wakil Rektor II Bidang AUPK (Administrasi Umum Perncanaan dan Keuangan) UIN Alauddin Makassar, Prof. Wahyuddin menunjukkan kepemimpinan yang mengedepankan kesejahteraan bawahan. Beliau merancang kebijakan berbasis musyawarah, memastikan setiap keputusan memperhatikan kepentingan banyak pihak.
Prinsip beliau untuk selalu membuka ruang dialog menjadikan beliau sosok yang sangat dihormati. Dalam memimpin, beliau tidak hanya memecahkan masalah dengan solusi yang cepat, tetapi juga melibatkan semua pihak untuk mencapai keputusan yang adil dan bijaksana. Hal ini mencerminkan integritas dan kepedulian beliau terhadap kesejahteraan bawahan serta pembangunan institusi secara holistik.
*Sosok yang Selalu Siap Berbagi*
Kepribadian Prof. Wahyuddin yang dikenal mudah bergaul dan peduli terhadap orang-orang di sekitarnya menciptakan lingkungan kerja yang penuh rasa kekeluargaan. Beliau memberikan perhatian khusus kepada bawahannya dengan mengupayakan kesejahteraan melalui sistem pengelolaan yang transparan, aturan yang manusiawi, dan kebijakan yang berorientasi pada kebutuhan individu maupun kelembagaan tanpa mengabaikan regulasi dan aturan main kepegawaian.
Sikap beliau yang konsisten namun fleksibel dalam menerjemahkan aturan menjadikan kepemimpinannya sebagai model ideal di perguruan tinggi.
*Pendidikan di Pesantren IMMIM: Fondasi Kepemimpinan dan Keilmuan*
Pondasi kepemimpinan dan keilmuan Prof. Wahyuddin dibangun sejak usia dini ketika beliau menempuh pendidikan di Pesantren Modern IMMIM Makassar.
Sebagai santri, beliau mendapatkan pendidikan berbasis keislaman yang modern, disertai penekanan pada kedisiplinan, kepemimpinan, dan integritas. Lingkungan pesantren yang dinamis dan penuh pembinaan ini menjadi wadah utama dalam membentuk kepribadian beliau sebagai sosok visioner yang memiliki empati tinggi serta kemampuan menganalisis dan menyelesaikan permasalahan secara bijak.
Pesantren IMMIM tidak hanya menanamkan kecintaan terhadap ilmu agama, tetapi juga membekali Prof. Wahyuddin dengan keterampilan manajerial dan kemampuan komunikasi lintas budaya.
Inilah bekal awal yang terus melekat dan berkembang seiring perjalanan akademik beliau di IAIN Alauddin Makassar, yang kelak menjadi UIN Alauddin, tempat di mana beliau mengabdikan dirinya hingga akhir hayat.
*Kontribusi dalam Akselerasi Guru Besar dan Akreditasi UIN Alauddin*
Setelah menyelesaikan pendidikan, Prof. Wahyuddin kembali ke UIN Alauddin sebagai dosen, yang kemudian menjabat sebagai Wakil Rektor II Bidang AUPK (Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan). Di sinilah beliau menunjukkan perannya yang signifikan dalam memajukan institusi. Salah satu kontribusi terbesar beliau adalah akselerasi penambahan jumlah guru besar.
Beliau tidak hanya mendorong dosen-dosen untuk memenuhi syarat akademik dan administratif, tetapi juga menciptakan sistem pendukung yang membantu mereka melalui berbagai proses yang rumit. Dengan pendekatan ini, jumlah guru besar di UIN Alauddin meningkat secara signifikan, yang berdampak langsung pada peningkatan mutu pendidikan dan reputasi universitas. Dalam masa kepemimpinan beliau, UIN Alauddin meraih akreditasi unggul, menjadi salah satu universitas Islam negeri terkemuka di Indonesia.
*Sosok yang Sosial dan Peduli Kemanusiaan*
Prof. Wahyuddin tidak hanya berkarya di lingkup kampus. Beliau aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan, keagamaan, dan kemanusiaan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan, beliau menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dalam memperkuat toleransi dan harmoni antarumat beragama. Pandangan beliau yang moderat dan sikapnya yang penuh empati menjadikan beliau figur yang mampu mendamaikan perbedaan serta meredakan konflik, baik di kalangan masyarakat maupun antarorganisasi.
*Kesiapan Menghadap Sang Khalik*
Kepergian beliau seolah telah dipersiapkan dengan sangat matang. Dalam masa hidupnya, beliau sering mengingatkan pentingnya toleransi, kerja sama lintas agama, dan penghormatan terhadap perbedaan. Lebih dari itu, beliau bahkan telah mempersiapkan tempat peristirahatan terakhirnya dengan penuh ketenangan, seakan menyadari bahwa perjalanan hidupnya telah mendekati akhir. Pesan-pesan beliau untuk terus menjunjung toleransi dan menjaga harmoni sosial kini menjadi warisan yang akan terus dikenang dan dilanjutkan oleh generasi penerus.
*Kolaborasi Harmonis dengan Dr. Hj. Yuspiani, M.Pd*
Sebagai suami dari Dr. Hj. Yuspiani, M.Pd., yang juga seorang akademisi dan administrator ulung di UIN Alauddin Makassar, Prof. Wahyuddin menjalani kehidupan keluarga yang penuh dukungan dan kolaborasi. Pasangan ini dikenal sebagai figur yang saling melengkapi dalam pengabdian mereka di bidang akademik dan sosial.
Bersama, mereka membangun kehidupan yang tidak hanya berfokus pada pencapaian pribadi, tetapi juga pada kesejahteraan banyak orang. Keempat putra-putri mereka tumbuh menjadi motivasi dan kebanggaan yang mendorong keduanya untuk terus berkontribusi bagi masyarakat.
*Warisan Tak Ternilai*
Prof. Wahyuddin meninggalkan kenangan manis, pelajaran berharga, dan teladan yang abadi. Kepergian beliau adalah kehilangan besar bagi banyak pihak, tetapi semangat dan nilai-nilai yang beliau tanamkan akan terus hidup dalam hati orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya.
Sebagai penutup dari tulisan ini yang merupakan kenangan indah bersama mendiang al-Marhum dapat kita simpulkan bahwa Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., adalah sosok yang telah mengabdikan hidupnya untuk kepentingan umat, pendidikan, dan kemanusiaan.
Dari perjalanan hidupnya sebagai seorang santri di Pesantren Modern IMMIM hingga meraih puncak karier sebagai guru besar dan pemimpin di UIN Alauddin, beliau menunjukkan dedikasi luar biasa dalam membangun harmoni, memberikan solusi atas berbagai persoalan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kontribusinya dalam akselerasi jumlah guru besar, pengelolaan keuangan universitas, serta penguatan kerukunan antarumat beragama adalah bukti nyata komitmennya terhadap kemajuan pendidikan Islam dan masyarakat secara luas.
Sikap visioner, bijaksana, dan penuh empati menjadikan beliau teladan yang akan terus dikenang. Bahkan di akhir hidupnya, Prof. Wahyuddin tetap menunjukkan tanggung jawab dengan mempersiapkan segala sesuatu agar tidak menyulitkan keluarganya.
Pesan-pesan toleransi, perdamaian, dan pentingnya musyawarah akan tetap menjadi warisan abadi yang menginspirasi generasi mendatang.
Sehingga dengan demikian kepergian Prof. Wahyuddin Naro meninggalkan duka yang mendalam, tetapi juga menyisakan kebanggaan akan teladan hidup yang beliau wariskan.
Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikannya, melapangkan kuburnya, dan menempatkan beliau di surga-Nya yang tertinggi. Kebaikan beliau akan terus hidup dalam hati keluarga, sahabat, kolega, dan masyarakat yang merasakan manfaat dari pengabdian tanpa pamrih yang telah beliau persembahkan.
Selamat jalan, Prof. Wahyuddin Naro, M.Hum, Jejak langkahmu akan selalu menjadi pelita yang menerangi jalan kami.
Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan segala kebaikan yang telah beliau lakukan menjadi amal jariyah yang mengalir tanpa henti. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
*SEMOGA BERMANFAAT*
*Munawir Kamaluddin*