Era modern adalah zaman percepatan, di mana teknologi, informasi, dan mobilitas manusia bergerak lebih cepat dibanding era sebelumnya.
Namun, kemajuan ini memunculkan dua fenomena budaya yang saling bertolak belakang: GERCEP (Gerak Cepat), yang mencerminkan sikap proaktif dan responsif, serta MAGER (Malas Gerak), yang menggambarkan stagnasi dan apatisme.
Dalam Islam, keduanya memiliki implikasi spiritual, sosial, dan moral yang penting untuk ditelaah. Islam menginspirasi umatnya untuk menjadi pribadi yang produktif, visioner, dan selalu bergerak menuju kemaslahatan, sembari menjauhi sikap malas yang membawa kehancuran individu dan masyarakat.
Pembahasan tentang fenomena GERCEP (Gerak Cepat) dan MAGER (Malas Gerak) dalam dunia modern sangat relevan dengan ajaran Islam, yang menekankan pentingnya bersegera dalam kebaikan dan menjauhi kemalasan.
Konsep-konsep ini bisa dikaitkan dengan prinsip dasar dalam ajaran Islam yang mencakup kecepatan dalam berbuat baik, produktivitas dalam kehidupan, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Islam mendorong umatnya untuk menjadi pribadi yang cepat dalam melakukan kebaikan dan berkontribusi pada masyarakat, sebagaimana tercermin dalam Surah Ali Imran [3]: 133, yang menyebutkan pentingnya bersegera menuju ampunan Allah dan surga-Nya.
Sikap GERCEP tidak hanya berlaku dalam hal ibadah pribadi, tetapi juga dalam menyikapi perubahan zaman dengan cepat dan tepat, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. dalam berbagai hadis tentang bersegera melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah contoh teladan dari gerak cepat, di mana beliau segera menanggapi panggilan Rasulullah untuk berderma, menandakan bahwa keimanan yang kuat menghasilkan respons yang cepat terhadap kebaikan.
Sebaliknya, MAGER (kemalasan) dalam beraktivitas baik secara fisik maupun mental dalam ajaran Islam sangat dilarang. QS. An-Nisa [4]: 142 menggambarkan kemalasan dalam beribadah, yang dapat merusak hubungan dengan Allah dan menurunkan kualitas amal. Rasulullah SAW. juga mengajarkan umatnya untuk berlindung dari sifat malas melalui doa, seperti yang tercatat dalam hadis HR. Bukhari dan Muslim. Kemalasan ini bisa menyebabkan stagnasi dalam kehidupan pribadi dan merugikan masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan zaman yang serba cepat ini, Islam mengajarkan pentingnya ilmu dan amal yang seimbang. Dalam konteks GERCEP, umat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk beradaptasi dengan teknologi modern dan perkembangan zaman. Seperti yang dikatakan oleh Ibn Khaldun dalam Muqaddimah, peradaban hanya dapat terwujud melalui usaha yang terus-menerus dan gerak yang berkesinambungan.
1. *Islam dan Urgensi Gerak Cepat (GERCEP)*
a. *Al-Qur’an tentang Kecepatan dalam Kebaikan*
Allah SWT memotivasi manusia untuk bergerak cepat dalam hal-hal positif dan konstruktif:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran [3]: 133)
Ayat ini menekankan bahwa kehidupan adalah arena kompetisi dalam hal kebaikan. Allah mengajak umat-Nya untuk tidak menunda-nunda amal saleh dan menjadikan waktu sebagai aset yang bernilai.
b. *Hadis Nabi tentang Keutamaan Bersegera*
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah hasits :
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ فَسَتَكُونُ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
“Bersegeralah melakukan amal shalih sebelum datang fitnah seperti malam yang gelap gulita.”
(HR. Muslim)
Hadis ini memberikan peringatan bahwa kesempatan untuk berbuat baik tidak selalu tersedia, sehingga seorang Muslim harus memanfaatkan setiap momen dengan sebaik-baiknya.
c. *Kisah Sahabat tentang Kecepatan dalam Kebaikan*
Salah satu contoh dari para sahabat adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang merespons seruan Rasulullah SAW. untuk menyedekahkan hartanya. Beliau segera membawa seluruh hartanya dan berkata:
تَرَكْتُ لَهُمْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku meninggalkan untuk keluargaku Allah dan Rasul-Nya.”
(HR. Tirmidzi)
Semangat ini menunjukkan bahwa gerak cepat adalah tanda dari keimanan yang mendalam dan keyakinan pada janji Allah.
d. *Relevansi GERCEP di Era Modern*
Budaya GERCEP relevan dengan tuntutan zaman yang menuntut efisiensi, inovasi, dan keberanian untuk bertindak. Ibn Khaldun dalam Muqaddimah-nya menekankan pentingnya gerak cepat untuk membangun peradaban:
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ لِيَعْمَلَ، وَإِنَّ الْعِمَارَةَ لَا تَتَحَقَّقُ إِلَّا بِجُهُودٍ دَائِمَةٍ وَتَحَرُّكٍ مُسْتَمِرٍّ
“Manusia diciptakan untuk bekerja, dan pembangunan peradaban tidak akan terwujud kecuali dengan usaha yang terus-menerus dan gerakan yang berkesinambungan.”
2. *Islam dan Bahaya Malas Gerak (MAGER)*
a. *Kemalasan dalam Perspektif Al-Qur’an*
Allah SWT mencela orang-orang yang malas beribadah dan melakukan kebaikan. Firman-Nya:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”
(QS. An-Nisa [4]: 142)
Ayat ini menunjukkan bahwa kemalasan tidak hanya membawa kerugian duniawi, tetapi juga merusak hubungan spiritual dengan Allah.
b. *Hadis Nabi tentang Kemalasan*
Rasulullah memohon perlindungan dari sifat malas:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
•Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
c. *Kemalasan sebagai Sumber Kemunduran*
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menegaskan:
إِنَّ الْكَسَلَ أَصْلُ كُلِّ بَلِيَّةٍ فِي الدُّنْيَا وَالدِّينِ
“Kemalasan adalah akar dari segala bencana dalam urusan dunia dan agama.”
3. *Solusi Islami untuk Meningkatkan Produktivitas*
a. *Meningkatkan Kesadaran Akhirat*
Kesadaran bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan di akhirat memotivasi seseorang untuk bergerak lebih cepat dalam kebaikan. Allah SWT berfirman:
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 148)
b. *Menanamkan Disiplin dalam Rutinitas*
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah hasits :
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang rutin dilakukan meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Disiplin adalah kunci utama produktivitas yang berkelanjutan.
c. *Menggunakan Teknologi dengan Bijak*
Teknologi modern harus dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat amal kebaikan, seperti dakwah digital dan penggalangan dana online. Ibn Taymiyyah dalam Majmu’ al-Fatawa menyebutkan:
الْوَسَائِلُ لَهَا حُكْمُ الْمَقَاصِدِ
“Sarana memiliki hukum yang sama dengan tujuan.”
d. *Meningkatkan Pendidikan dan Kesadaran Kolektif*
Islam menekankan pentingnya ilmu sebagai dasar gerakan. Allah SWT berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar [39]: 9)
4. *Membangun Masa Depan yang Lebih Berkualitas*
a. *Menjadi Inspirasi bagi Umat Lain*
Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi khoiru ummah (umat terbaik) yang memberikan manfaat kepada manusia:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”
(QS. Ali Imran [3]: 110)
b. *Memotivasi Generasi Muda*
Generasi muda harus diajarkan nilai-nilai produktivitas, tanggung jawab, dan keberanian untuk bertindak. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik pemuda adalah Abdullah, jika dia bangun salat malam.”
(HR. Bukhari)
C. *Menyongsong Masa Depan dengan Spirit Iman*
Spirit iman adalah kekuatan utama yang menggerakkan umat Islam untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik, produktif, dan memberikan manfaat luas bagi manusia serta alam semesta. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya [21]: 107)
Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran umat Islam di dunia harus mampu menghadirkan kebaikan dan rahmat yang meluas, tidak hanya bagi umat Islam sendiri, tetapi juga untuk seluruh makhluk.
i. *Menjadi Umat yang Berorientasi pada Perubahan Positif*
Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi agen perubahan yang mendorong kemajuan. Firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Perubahan ini dimulai dari kesadaran diri untuk selalu bergerak, memperbaiki, dan menciptakan kemaslahatan dalam setiap tindakan.
ii. *Mengembangkan Sikap Optimisme dan Tawakal*
Dalam menghadapi tantangan, spirit iman mengajarkan umat Islam untuk tidak mudah putus asa. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا، فَلْيَفْعَلْ
“Jika Kiamat akan tiba sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebatang pohon kurma, maka jika ia mampu menanamnya sebelum Kiamat terjadi, hendaklah ia menanamnya.”
(HR. Ahmad)
Hadis ini mengajarkan pentingnya optimisme untuk terus berbuat baik meskipun di tengah situasi yang penuh tantangan. Optimisme ini harus dibarengi dengan tawakal kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
“Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.”
(QS. Ali Imran [3]: 159)
iii. *Membawa Kemaslahatan dengan Ilmu dan Amal*
Umat Islam di era modern harus menyeimbangkan antara ilmu dan amal untuk membawa kemaslahatan bagi dunia. Imam Syafi’i pernah berkata:
لَيْسَ الْعِلْمُ مَا حُفِظَ، وَلَكِنَّ الْعِلْمَ مَا نَفَعَ
“Ilmu bukanlah apa yang dihafal, tetapi ilmu adalah apa yang memberikan manfaat.”
Ilmu harus dimanfaatkan untuk kemajuan peradaban, dengan tetap berlandaskan pada ajaran Islam. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
(HR. Ahmad)
iv. *Menjadi Pelopor Kebaikan Global*
Umat Islam harus berperan sebagai pemimpin global dalam hal kebaikan, inovasi, dan solusi untuk berbagai masalah dunia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 143)
Sebagai umat yang dipilih, tanggung jawab umat Islam adalah membawa solusi bagi permasalahan global seperti krisis lingkungan, ketimpangan sosial, dan konflik antarbangsa.
*Kesimpulan dan Motivasi*
Budaya GERCEP (Gerak Cepat) harus menjadi karakter yang melekat pada umat Islam untuk menyongsong masa depan yang lebih berkualitas. Sebaliknya, budaya MAGER (Malas Gerak) harus dihindari karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menuntun umatnya untuk proaktif, produktif, dan visioner.
Umat Islam harus membangun kesadaran bahwa setiap detik yang dihabiskan memiliki nilai akhirat, setiap amal yang dilakukan membawa dampak bagi dunia, dan setiap inovasi yang diciptakan dapat menjadi ladang amal jariah. Dengan semangat iman, ilmu, dan amal, umat Islam dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam, sesuai dengan tujuan penciptaan mereka.
Mari bergerak cepat dalam kebaikan, menjadi inspirasi bagi dunia, dan membawa Islam ke posisi yang lebih tinggi sebagai agama yang memberikan solusi bagi umat manusia di era modern
*SEMOGA BERMANFAAT*
*Munawir Kamaluddin*.