Tawakkal adalah sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan segala bentuk ikhtiar atau usaha yang maksimal.
Dalam Islam, tawakkal merupakan salah satu bentuk keyakinan yang mendalam kepada kekuasaan Allah, bahwa hanya Dia yang menentukan hasil dari setiap usaha manusia.
Tawakkal tidak berarti meninggalkan usaha, tetapi melengkapinya dengan kepercayaan penuh bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah.
1. Pengertian Tawakkal
Tawakkal berasal dari kata “توكّل” yang berarti mengandalkan, berserah diri, atau mempercayakan segala urusan kepada pihak lain. Dalam syariat, tawakkal memiliki makna menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Pengertian ini mengandung dua unsur penting: usaha atau ikhtiar dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.”
(QS. At-Talaq: 3)
Ayat ini menunjukkan janji Allah bahwa orang yang bertawakkal kepada-Nya akan dicukupi kebutuhannya. Ini berarti seorang Muslim yang telah berikhtiar maksimal kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah, akan memperoleh ketenangan karena yakin bahwa Allah akan mencukupi segala keperluannya.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Cukuplah Allah sebagai wakil (yang mengurus segala urusan).”
(HR. Abu Dawud)
Rasulullah menegaskan bahwa Allah adalah wakil terbaik dalam mengurus urusan manusia. Tawakkal kepada Allah berarti mengakui bahwa hanya Dia yang memiliki kemampuan penuh untuk mengatur dan memberikan hasil yang terbaik dalam setiap usaha.
2. Perintah Tawakkal dalam Al-Qur’an dan Hadits
Allah SWT telah berfirman didalam Al-Qur’an:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.”
(QS. Al-Imran: 159)
Ayat ini mengajarkan bahwa setelah usaha dilakukan dengan tekad yang kuat, seorang mukmin harus menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan demikian, tawakkal bukan berarti meninggalkan usaha, melainkan usaha itu harus diikuti dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah-lah kamu harus bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
(QS. Al-Maidah: 23)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakkal adalah bagian dari iman. Jika seseorang benar-benar beriman, maka ia akan selalu bersandar kepada Allah setelah berusaha. Tawakkal adalah bukti keyakinan bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu.
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menggambarkan bahwa tawakkal tidak berarti pasif. Burung yang disebutkan dalam hadits tetap keluar mencari makanan (usaha), namun ia kembali dalam keadaan kenyang karena Allah yang menjamin rezekinya. Ini adalah contoh bahwa tawakkal harus didahului oleh usaha, dan hasil akhirnya diserahkan kepada Allah.
3. Manfaat Dan Urgensi Tawakkal
1. Ketenangan Jiwa
Tawakkal memberikan ketenangan hati karena seorang mukmin yakin bahwa Allah mengatur segala sesuatu.
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Bukankah Allah cukup bagi hamba-Nya?”
(QS. Az-Zumar: 36)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah cukup untuk mengurus segala urusan hamba-Nya. Dengan bersandar kepada Allah, seseorang tidak akan diliputi kekhawatiran yang berlebihan, karena ia yakin segala sesuatu ada dalam kendali Allah.
2. Mendapatkan Pertolongan Allah
Orang yang bertawakkal kepada Allah akan selalu mendapatkan pertolongan dalam setiap kesulitan.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.”
(QS. At-Talaq: 3)
Janji Allah dalam ayat ini sangat jelas, bahwa Dia akan mencukupi orang yang berserah diri kepada-Nya. Ini berarti orang yang bertawakkal akan selalu berada dalam penjagaan Allah, dan rezekinya akan diberikan dari arah yang tidak terduga.
3. Meningkatkan Keimanan
Tawakkal merupakan indikator keimanan seseorang. Tawakkal menunjukkan sejauh mana seseorang percaya kepada kekuasaan Allah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ… وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka… dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS. Al-Anfal: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakkal adalah salah satu sifat utama orang yang beriman. Mereka yang bertawakkal selalu mengandalkan Allah dalam setiap urusan mereka, dan ini memperkuat iman mereka.
4. Tahapan-Tahapan dalam Bertawakkal
1. *Mengetahui Kekuasaan Allah*
Keyakinan penuh terhadap kekuasaan Allah adalah fondasi utama dalam bertawakkal.
قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللَّهِ
“Katakanlah: semua (urusan) itu dari sisi Allah.”
(QS. An-Nisa: 78)
Ayat ini mengajarkan bahwa segala sesuatu, baik itu kejadian yang menyenangkan maupun yang menyulitkan, semuanya berasal dari Allah. Dengan memahami ini, seseorang akan lebih mudah untuk berserah diri sepenuhnya kepada-Nya.
2. Melakukan Usaha Maksimal
Tawakkal harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Usaha merupakan bagian integral dari tawakkal.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.”
(QS. Al-Imran: 159)
Setelah seseorang berusaha keras dengan tekad yang kuat, ia harus menyerahkan hasilnya kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa tawakkal adalah perpaduan antara usaha dan penyerahan diri kepada Allah.
3. Berserah Diri Sepenuhnya kepada Allah
Setelah berusaha, hasilnya harus diserahkan sepenuhnya kepada Allah, tanpa keraguan sedikit pun.
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah-lah kamu harus bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
(QS. Al-Maidah: 23)
Penyerahan diri kepada Allah merupakan ciri orang yang beriman. Setelah berusaha, seorang mukmin yakin bahwa hasil terbaik adalah yang Allah kehendaki.
5. Cara-Cara untuk Bertawakkal
1. *Melakukan Ikhtiar yang Benar*
Usaha yang dilakukan harus sesuai dengan syariat dan etika Islam.
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Ayat ini menegaskan pentingnya usaha dalam Islam. Tidak ada hasil tanpa usaha, dan usaha yang dilakukan dengan cara yang benar adalah bagian dari tawakkal.
2. Menjaga Hati dari Ketergantungan pada Makhluk
Orang yang bertawakkal harus menjaga hatinya agar tidak tergantung pada makhluk lain.
فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Maka janganlah kamu menyembah di samping Allah, sesuatu pun.”
(QS. Al-Jinn: 18)
Ayat ini mengingatkan bahwa hanya kepada Allah-lah manusia bersandar dan meminta pertolongan. Ketergantungan kepada makhluk lain adalah bentuk kesyirikan kecil jika hal itu mengesampingkan peran Allah dalam urusan hidup. Orang yang bertawakkal tidak boleh berharap kepada selain Allah.
3. Yakin bahwa Allah Maha Penentu Segala Sesuatu
Keyakinan bahwa Allah yang menentukan segala hasil dan keputusan adalah inti dari tawakkal.
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا
“Katakanlah: Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagi kami.”
(QS. At-Taubah: 51)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah dalam ketetapan Allah, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika kita telah melakukan usaha yang terbaik. Tawakkal membuat hati menjadi tenang karena kita yakin bahwa hasil yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita.
6. Contoh-Contoh Tawakkal dari Kehidupan Nabi dan Para Sahabat
1. *Kisah Nabi Ibrahim saat Dilempar ke dalam Api*
Salah satu contoh nyata tawakkal adalah ketika Nabi Ibrahim AS akan dilempar ke dalam api oleh Raja Namrud. Saat itu, Nabi Ibrahim hanya mengucapkan:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.”
(HR. Bukhari)
Keyakinan Nabi Ibrahim bahwa Allah akan menolongnya adalah contoh sempurna tawakkal. Meskipun dalam situasi yang sangat berbahaya, beliau tidak mengkhawatirkan keselamatannya, karena telah sepenuhnya berserah diri kepada Allah.
2. Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Ketika Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi di gua dalam perjalanan hijrah ke Madinah, pasukan Quraisy hampir menemukan mereka. Saat itu, Abu Bakar khawatir dan Rasulullah SAW menenangkannya dengan mengatakan:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS. At-Taubah: 40)
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sepenuhnya bertawakkal kepada Allah dalam menghadapi situasi yang sangat genting. Keyakinannya bahwa Allah akan menolong menunjukkan bagaimana tawakkal memberi ketenangan dan keyakinan kuat kepada seorang mukmin.
3. Kisah Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash
Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan memimpin pasukan Muslim dalam perang, ia selalu bertawakkal kepada Allah sebelum berangkat ke medan pertempuran. Dia mengucapkan:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَدِينِي وَأَهْلِي
“Ya Allah, aku serahkan diriku, agamaku, dan keluargaku kepada-Mu.”
Tawakkal Sa’ad bin Abi Waqqash dalam peperangan menggambarkan keyakinan total kepada Allah. Meskipun berada di medan perang, ia tetap bersandar kepada Allah setelah mempersiapkan dirinya secara maksimal.
7. Dampak Positif Tawakkal dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Menghilangkan Stres dan Kekhawatiran
Orang yang bertawakkal akan terhindar dari stres dan kekhawatiran berlebihan, karena mereka percaya bahwa segala urusan diatur oleh Allah.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’”
(QS. Al-Anbiya: 83)
Tawakkal yang dilakukan Nabi Ayyub AS dalam menghadapi penyakit berat menunjukkan bahwa penyerahan diri kepada Allah membawa ketenangan hati meskipun dalam situasi sulit. Dengan tawakkal, seorang mukmin dapat menghadapi cobaan tanpa khawatir atau merasa terbebani.
2. Mendapatkan Rezeki yang Tidak Terduga
Salah satu efek positif dari tawakkal adalah terbukanya pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2-3)
Orang yang bertawakkal dan bertakwa kepada Allah akan selalu diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan, termasuk dalam hal rezeki. Ini adalah janji Allah bagi mereka yang sepenuhnya berserah diri kepada-Nya.
3. Meningkatkan Kepercayaan Diri dan Keteguhan Hati
Tawakkal membuat seseorang memiliki keyakinan yang kuat bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik bagi dirinya, sehingga ia akan lebih teguh dalam menghadapi segala tantangan hidup.
إِن يَنصُرْكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu.”
(QS. Al-Imran: 160)
Tawakkal kepada Allah memberikan kepercayaan diri bahwa jika Allah bersama kita, tidak ada yang bisa menundukkan atau merugikan kita. Ini mendorong seorang mukmin untuk terus maju dengan keyakinan penuh kepada pertolongan Allah.
8. Tawakkal Sebagai Landasan Etika dalam Kehidupan Muslim
Tawakkal tidak hanya menyangkut aspek spiritual, tetapi juga menjadi landasan dalam bersikap dan berperilaku di berbagai aspek kehidupan. Seorang Muslim yang bertawakkal akan:
1. Menghargai Usaha Sendiri dan Orang Lain
Tawakkal mengajarkan bahwa setelah kita berusaha, kita harus menghormati proses yang sudah dilakukan tanpa meremehkan hasil yang dicapai, baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Seorang Muslim yang bertawakkal tidak akan meremehkan kerja keras, tetapi juga tidak sombong dengan hasil yang diperoleh, karena semuanya merupakan ketetapan Allah.
2. Tidak Mudah Putus Asa
Karena seorang yang bertawakkal yakin bahwa hasil akhir adalah keputusan Allah, maka ia tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan. Hal ini karena ia tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk kebaikannya di masa depan.
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini mengajarkan bahwa putus asa bukanlah sifat seorang mukmin. Dengan tawakkal, seseorang akan selalu optimis bahwa apa pun yang terjadi adalah bagian dari rahmat dan hikmah Allah yang lebih besar.
3. Selalu Optimis dan Berpikiran Positif
Tawakkal membuat seseorang selalu berpikiran positif, karena ia yakin bahwa Allah selalu menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Ini membuatnya optimis dalam segala situasi, meskipun menghadapi kesulitan.
Kisah Teladan Tentang Tawakkal
1. *Kisah Nabi Musa AS dan Laut Merah*
Ketika Nabi Musa AS bersama kaumnya dikejar oleh pasukan Firaun di tepi Laut Merah, kaumnya merasa ketakutan dan khawatir akan keselamatan mereka. Pasukan Firaun berada di belakang, sementara laut yang luas berada di hadapan mereka. Dalam situasi yang tampaknya mustahil untuk selamat, Nabi Musa menunjukkan tawakkalnya kepada Allah dengan penuh keyakinan, beliau berkata:
كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Sekali-kali tidak akan tersusul! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
(QS. Ash-Shu’ara: 62)
Dengan izin Allah, Laut Merah terbelah, membuka jalan bagi Nabi Musa dan kaumnya untuk melarikan diri. Setelah mereka melewati laut, Allah menutup kembali laut tersebut dan menenggelamkan pasukan Firaun. Keutamaan tawakkal Nabi Musa ini menunjukkan bahwa ketika seseorang berserah diri kepada Allah, Allah akan memberi jalan keluar dari situasi yang paling sulit sekalipun.
2.Kisah Maryam Binti Imran: Tawakkal dalam Keterasingan
Siti Maryam, ibu Nabi Isa AS, adalah wanita salehah yang hidup dengan penuh keimanan kepada Allah. Ketika ia mengandung Nabi Isa tanpa pernah disentuh oleh laki-laki, hal ini menjadi ujian besar baginya. Dalam keterasingan dan kekhawatiran atas tuduhan masyarakat, ia tetap bertawakkal kepada Allah. Allah berfirman kepada Maryam saat ia sedang kesakitan karena melahirkan:
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.”
(QS. Maryam: 25)
Dengan tawakkal kepada Allah, Maryam mampu melalui masa sulit tersebut, dan Allah menolongnya dengan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya yang bertawakkal, khususnya dalam situasi sulit.
3. Kisah Sahabat Salman Al-Farisi:Tawakkal dalam Mencari Kebenaran
Salman Al-Farisi adalah seorang sahabat yang dikenal karena perjuangannya dalam mencari kebenaran. Awalnya, ia adalah seorang penganut agama Zoroastrianisme (penyembah api), tetapi ia tidak merasa puas dengan agamanya. Dengan tawakkal dan niat yang kuat, Salman meninggalkan negerinya dan berpetualang mencari agama yang benar, yang akhirnya mengantarkannya kepada Islam.
Ia diperbudak dan melalui berbagai cobaan berat, namun tetap bertawakkal kepada Allah. Perjalanan panjang dan penuh ujian tersebut akhirnya berakhir ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW, yang menyampaikan Islam kepadanya. Salman kemudian menjadi salah satu sahabat besar yang dihormati karena keilmuannya dan perjuangannya dalam mencari kebenaran.
Kisah Salman menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah dalam pencarian kebenaran akan memberikan petunjuk dan pertolongan yang luar biasa, bahkan dalam kondisi yang tampaknya mustahil.
Kesimpulan
Tawakkal adalah perpaduan antara usaha yang maksimal dan penyerahan diri kepada Allah. Tawakkal merupakan pilar penting dalam kehidupan seorang mukmin, yang memberikan ketenangan hati, rezeki yang tak terduga, dan kepercayaan diri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan bertawakkal, seorang Muslim tidak hanya menjalani kehidupannya dengan penuh keyakinan kepada Allah, tetapi juga memiliki landasan etika yang kuat dalam menghargai usaha dan menghadapi segala bentuk cobaan.
SEMOGA BERMANFAAT